Sabtu, 01 Maret 2025

PERAYAAN 100 TAHUN SF BALONGBENDO 1938

Manisnya gula menarik para pengusaha Eropa ke Hindia Belanda. Terutama di wilayah Karesidenan Surabaya. Sejak abad ke-19 hingga babak akhir penjajahan Belanda, wilayah Karesidenan Surabaya merupakan penghasil gula terbesar saat itu.

Ada tiga daerah di Karesidenan Surabaya yang menjadi pusat industri gula. Yakni afdeling Sidoarjo, afdeling Mojokerto, dan afdeling Jombang.

Salah satu pabrik gula yang cukup penting yakni SF Balongbendo. Berdasarkan buku Verslag van de Suiker-Enquete Commissie 1921, SF Balongbendo sudah berdiri sejak tahun 1838. Dengan luas areal penanaman tebu kurang lebih seluas 1.350 bau.

J. C. Japikse Memberikan Kata Sambutan Peringatan 100 Tahun SF Balongbendo

(Sumber: Soerabaijasch Handelsblad 23 Mei 1938)

Pada bulan Mei 1938, SF Balongbendo merayakan 100 tahun pabrik gula. Perayaan keseratus tahun SF Balongbendo saat di bawah kepemimpinan administrateur J. C. Japikse. Dalam sambutan pembukaan perayaan yang ditulis surat kabar Soerabaijasch Handelsblad 23 Mei 1938, mengatakan SF Balongbendo selesai dibangun tahun 1838. Didirikan oleh Van Teylingen. Pernah diambil alih oleh pengusaha Tionghoa yang sekaligus Kapitan Cina dari Mojokerto. Pernah dimiliki juga oleh Eschauzier, salah satu keluarga yang cukup populer dalam industri gula saat itu. Kemudian dimiliki oleh Van Lawick yang menjadi perusahaan keluarga, namun berubah menjadi perusahaan publik (kemitraan).

J. C. Japikse mulai menjabat administrateur SF Balongbendo sejak tahun 1934. Sebelumnya ia menjabat sebagai 1ste geemployeerde atau pegawai kelas 1 pada SF Asembagoes di Situbondo (De Indische Courant 2 November 1934). Artinya secara definitif Japikse mendapatkan kenaikan jabatan saat itu.

Upacara Slametan Besar Saat Perayaan 100 Tahun SF Balongbendo

(Sumber: De Indische Courant 23 Mei 1938)

Dalam kegiatan perayaan 100 tahun SF Balongbendo dilakukan cukup meriah. Ada penampilan band musik jazz. Makan prasmanan dan bar. Serta dilakukan upacara slametan, tulis surat kabar Soerabaijasch Handelsblad 23 Mei 1938.

Perayaan itu memperlihatkan adanya dua tradisi yang berbeda. Yakni tradisi Eropa yang diperlihatkan dari penampilan musik dan bar. Serta tradisi Jawa dalam bentuk upacara slametan.

Upacara Slametan Besar Saat Perayaan 100 Tahun SF Balongbendo

(Sumber: Soerabaijasch Handelsblad 23 Mei 1938)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda. Untuk perbaikan media pembelajaran sejarah populer ini.