Selasa, 24 Februari 2009

Soe Hok Gie

Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942. dan meninggal pada usia 27 tahun. Meninggal dipelukan puncak gunung Semeru tanggal 16 Desember 1969. tepat sehari sebelum ulang tahunnya. Dalam catatan hariannya ketika mendaki gunung Slamet, ia menulis suatu kutipan dari Walt Whitman yaitu, "Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth". Dengan mendaki gunung dan berinterakasi dengan alam akan memberikan sebuah kedamaian.

Menurut John Maxwell: Soe Hok Gie bukan partisan, dalam arti mengabdikan kegiatan intelektualnya bagi suatu kepentingan politik sempit. Tetapi ia juga bukan jenis intelektual yang mengelakkan keterlibatan dalam kancah politik. Seperti diakuinya, politik ibarat lumpur kotor, namun dalam keadaan mendesak, ia siap mencemplungkan diri ke dalamnya. Terjun dalam pergolakan politik tanah air pada tahun-tahun "60-an, Soe Hok Gie ikut mengambil bagian dalam gerakan perlawanan terhadap keotoriteran Sukarno. Ia menulis dalam surat kabar maupun selebaran gelap, dan pada tahun "66 aktif menggerakkan demonstrasi mahasiswa di jalan-jalan.

Itulah potret Soe Hok Gie, seorang intelektual muda yang konsisten melawan tirani sampai akhir hayatnya, dilukiskan dengan rinci oleh John Maxwell dalam buku ini, yang merupakan terjemahan disertasi doktoralnya Soe Hok-gie : A Biography of a Young Indonesian Intellectual.

Soe Hok Gie pernah menulis begini: Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama - buruh - dan pemuda, bangkit dan berkata - stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Khusus soal mahasiswa, menjelang lulus sebagai sejarawan, 13 Mei 1969, Soe Hok Gie sempat menulis artikel Mimpi-mimpi Terakhir Seorang Mahasiswa Tua. Dalam uraian tajam itu, ia menyatakan: ... Beberapa bulan lagi saya akan pergi dari dunia mahasiswa. Saya meninggalkan dengan hati berat dan tidak tenang. Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan ... Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.

Demikian biografi singkat tentang Soe Hok Gie. Atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gie. Di era tahun 1960-an Gie menjadi seorang Sejarawan yang berani dan tetap konsisten dengan keyakinannya. Orang yang sangat sulit ditemukan di era sekarang ini. Demikianlah sejarah selalu memberikan pelajaran bagi sebuah bangsa. Bangsa yang perlu belajar dari masa lalunya.

Jumat, 13 Februari 2009

Patirtaan Tikus

Bangunan sejarah ini didirikan pada masa kerajaan Majapahit. Diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke XIII - XIV Masehi. Bangunan ini lebih sesuai jika disebut dengan patirtaan. Karena di sekitar bangunan dikelilingi dan terdapat kolam air. Adapun fungsi patirtaan dalam masyarakat masa Hindu-Budha sebagai tempat mengambil air suci untuk upacara keagamaan. Serta fungsi lainnya sebagai pemandian atau kolam air.

Patirtaan Tikus menjadi sebuah objek wisata sejarah yang penting di Mojokerto. Tidak mengherankan jika kemudian Pemerintah Daerah mengembangkan potensi wisata ini untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakatnya. Oleh karena pentingnya Patirtaan Tikus sebagai aset wisata dan sejarah-budaya masyarakat Mojokerto, maka perlu dilestarikan dan dipelihara oleh generasi sekarang dan yang akan datang.

Bukankah Bung Karno pernah mengatakan dengan ungkapan Jas Merah. Yakni sebuah akronim yang berbunyi "Jangan sekali-kali melupakan sejarah". Bahkan Bung Hatta juga pernah bilang bahwa "bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarahnya". Semoga kita tidak pernah lupa dengan petuah itu. Wassalam