Sabtu, 02 September 2023

Jelle Eeltjes Jellesma: Misionaris NZG Pertama di Mojowarno (1851-1858)

J. E. Jellesma dan Lukisan Rumahnya di Mojowarno

(Sumber: C. W. Nortier, 1939)

Di era kolonial, Mojowarno pernah menjadi tempat penting bagi misi zending. Khususnya, yang berada di bawah naungan Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG). Sebab, NZG pernah mempunyai pos zending di tempat itu.

Dalam buku tulisan Jan Willem Gunning berjudul Hedendaagsche Zending In Onze Oost: Uitgegeven Door Den Boekhandel Van Den Zendingsstudie Raad, disebutkan bahwa NZG merupakan perhimpunan pekabaran Injil yang didirikan di Rotterdam Belanda pada 19 Desember 1797. Dengan wilayah kerja di beberapa daerah, seperti; Maluku, Minahasa, Timor, Tanah Karo, Poso, Jawa TImur, dan Bolaang-Mongondow (1914: 120-122).

Tidak mudah mendapatkan izin membuka pos zending di Pulau Jawa. Selama itu, misi zending selalu diarahkan ke wilayah timur Hindia Belanda. Namun, NZG akhirnya dapat membuka pos zending di Mojowarno, Jawa Timur. Gubernur Jenderal Hindia Belanda memberikan izin NZG membuka pos di Mojowarno. Kemudian mengirimkan misionarisnya yang pertama di Mojowarno, yaitu J. E. Jellesma tahun 1851, seperti yang ditulis oleh J. Kruijt, dalam bukunya berjudul Jelle Eeltjes Jellesma: Apostel Van Java (1872: 57-79).

Dikatakan oleh J. Kruijt (1872: 3) bahwa Jellesma dilahirkan pada 13 Mei 1816, di Hitzum sebuah desa kecil di Kota Friesland dekat Franeker, Belanda. Sejak remaja perilakunya sederhana dan sangat religius.

Pada tahun 1841, Jellesma mulai belajar sebagai misionaris di Rotterdam, Belanda. Tahun 1843, ia mengikuti ujian dan dinyatakan lulus sebagai misionaris. Kemudian ia ditugaskan ke Hindia Belanda. Pada akhir tahun 1843, ia bersama dua orang misionaris (Donselaar dan Vermaasen) berangkat menuju Batavia. Awalnya ia dikirim ke Pulau Seram, Ambon. Setelah menikah dengan Susanna Bar pada tahun 1848, ia kemudian menuju Surabaya. Sebelumnya ia telah mempelajari Bahasa Jawa, tulis J. Kruijt (1872: 15-43). Ia mempelajari Bahasa Jawa karena akan bertugas di wilayah Karesidenan Surabaya.

Peta Kristenisasi di Jawa Abad Ke-18 Sampai Ke-20

(Sumber: Denys Lombard, 2005: 99)

Misi Zending di Mojowarno

Dalam suatu laporan zending berjudul Maandberight Van Het Nederlandsche Zendelinggenootschap, “betrekkelijk de uitbreiding van het Christendom, bijzonder onder de Heidenen”, 1850 No. 4 dikatakan jika Jellesma mendapatkan surat dari seorang Kepala Desa Mojowarno pada November 1848. Isinya tentang adanya komunitas Kristen di Mojowarno yang berjumlah enam puluh orang. Mereka menginginkan dibaptis di Mojowarno, karena di antaranya terdapat lansia dan anak-anak sehingga tidak dapat pergi ke Surabaya. Setelah mendapat persetujuan dari Residen Surabaya, akhirnya Jellesma memutuskan pergi ke Mojowarno (hlm. 54-55).

Sekitar bulan Juli 1851, ia datang dan menetap di Mojowarno. Selama bekerja sebagai misionaris di Mojowarno, Jellesma tidak mengambil alih kepemimpinan jemaat Kristen. Ia justru bekerjasama dengan Paulus Tosari yang memimpin jemaat Kristen dari kalangan masyarakat Jawa. Di samping itu, ia juga butuh belajar Bahasa Jawa kepada Paulus Tosari, sekaligus sebagai penterjemahnya, seperti ditulis dalam laporan zending (1850 No. 4: 55).

C. W. Nortier dalam bukunya berjudul Onze Zendingsvelden: Van Zendingsarbeid Tot Zelfstandige Kerk in Oost-Java menyebutkan pada masa Jellesma ada sekitar 100 murid sekolah dasar di Mojowarno (1939: 50). Jellesma memang punya minat yang tinggi terhadap pendidikan. Karena itu, ia mulai dengan membuka sekolah zending. Di satu sisi, ia memang memiliki keahlian sebagai guru misionaris. Bekal ilmu yang dulu pernah ia pelajari selama sekolah di Rotterdam, Belanda.

Menurut J. Kruyt, pada masa ia menjalankan tugas sebagai misionaris di Mojowarno tahun 1855, terdapat sekitar 425 jemaat Kristen di tempat itu. Mereka tersebar di Mojowarno, Mojowangi, Mojoroto, dan Mojojejer (1872: 65-69).

Selain tentang pendidikan, Jellesma juga menaruh perhatian terhadap kesehatan. Terbukti dari laporan tulisannya yang terkadang mengulas tentang lingkungan yang tidak sehat di sekitarnya. Sering muncul penyakit demam yang menjangkiti penduduk. Penyakit yang juga merenggut nyawanya.

Pada 16 April 1858, Jellesma meninggal dunia pada pukul 4 pagi. Meninggalkan seorang istri dan dua orang anak, seperti berita duka dari Susanna Bar yang ditulis dalam surat kabar Java-Bode, 24 April 1858. Ia meninggal karena terserang penyakit demam dan disentri yang cukup parah, tulis C. W. Nortier (1939: 53).

J. E. Jellesma dimakamkan di Desa Mojoroto, pada tanah milik Karolus Wiryoguno. Salah satu tokoh penting dalam pembukaan pemukiman pertama kali di Mojowarno.

Makam J. E. Jellesma Misionaris NZG pertama di Mojowarno

(Sumber: Dokumentasi Sekolah/Tugas Pembelajaran Sejarah, 2019)