Jumat, 01 November 2024

Candrakapala Simbol dan Lambang Raja Bameswara (1117-1130 M)

Candrakapala Lanchana Raja Bameswara

Raja Bameswara penguasa yang pernah memerintah Kerajaan Panjalu. Ia menggunakan “candrakapala” sebagai lambang dan simbolnya. Candrakapala adalah atribut dewa Siwa yang menghiasi mahkotanya.

Menurut Vernika Hapri Witasari, dalam penelitiannya berjudul Lambang Raja Pada Kerajaan Kuno di Kawasan Indonesia Abad XI-XV Masehi: Sebuah Rekonstruksi Makna, menyebutkan hiasan “candrakapala” berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit (2011: 136).

Sekilas gambar “candrakapala” terlihat sangat menyeramkan. Bisa jadi, hal ini berkaitan dengan keberadaan dewa Siwa dalam hiasan tersebut. Dewa Siwa dihiasi dengan simbol-simbol yang menyeramkan. Terlihat pada arca atau patung sebagai gambaran sosoknya. Dalam mitologi Hindu, dewa Siwa dianggap sebagai dewa kematian. Tampaknya, inilah yang menjadikan Siwa memiliki hiasan-hiasan yang menyeramkan. Selain itu, dewa Siwa disimbolkan sebagai perusak atau penghancur. Oleh karenanya, hiasan-hiasan disesuaikan dengan simbol-simbol yang melekat pada dirinya.

Siwaisme ternyata telah memasuki kehidupan elite politik di kerajaan. Terutama, pada periode Jawa kuno di Jawa bagian timur. Terlihat dari penggunaan simbol-simbol dewa Siwa oleh raja. Di mana, lambang Siwa banyak ditemukan pada bangunan suci. Semisal; bangunan candi, yang tercapat Lingga dan Yoni, serta arca Siwa maupun arca-arca yang terkait dengan Siwa lainnya. Penggunaan hiasan dewa Siwa bisa jadi dikarenakan penganut ajaran tersebut dominan di pulau Jawa. Sehingga, raja menggunakan sebagai tanda kekuasaannya. Atau, di sisi yang lain, raja yang justru menguatkan kepercayaan Siwaisme kepada masyarakat.

Apapun itu, faktanya terdapat raja pada periode Jawa Timur yang menggunakan “candrakapala”, atau hiasan Siwa sebagai tanda kekuasaan. Salah satunya terdapat pada prasasti Plumbangan I/ Panumbangan (1120 M), yang dikeluarkan oleh Raja Bameswara. Sayangnya, politik pemerintahan masa Raja Bameswara tidak banyak diketahui. Padahal, rentang waktu saat ia memerintah cukup lama, dari prasasti pertama tahun 1117 M dan prasasti terakhirnya tahun 1130 M.

Penjelasan di atas hanya analisis (lebih ke imajinasi) tanpa dukungan data. Sebab, sumber sejarah yang berasal dari era itu sangat terbatas. Namun, penggunaan pendekatan semiotika komunikasi cukup menarik. Seperti yang dikatakan oleh Andrik Purwasito, dalam bukunya berjudul Message Studies, yang menyebutkan the semiotic model helps to explain how communication works as an interactive process (2003: 243).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar