Jumat, 02 Agustus 2024

Daun Remujung atau Kumis Kucing di Era Kolonial

Tanaman Daun Remujung atau Kumis Kucing tahun 1930-an

(Sumber: De Indische Mercuur, 23 Desember 1931)

Gaes, di negeri kita ada banyak tanaman herbal. Dari yang tidak berefek samping, sampai yang bisa bikin mabuk macam kecubung.

Pada tahun 1930-an, masyarakat Eropa cukup tertarik dengan pengobatan herbal. Tentu, ini bertolak belakang dengan tradisi mereka yang lebih dekat dengan pengobatan modern.

Namun, apa mau dikata. Sebagian fakta menunjukkan hal yang sebaliknya. Salah satu tanaman herbal yang diterapkan dalam pengobatan di Eropa yaitu daun Remujung atau Kumis Kucing. Tanaman yang tumbuh liar di negeri tropis Hindia Belanda.

Dikenal dalam Bahasa Latin Orthosiphon grandiflorus, atau juga Orthosiphon stamineus. Termasuk spesies tanaman dalam keluarga Lamiaceae atau Labiatae.

Bahkan, di akhir abad ke-19, herbal daun Remujung atau Kumis Kucing dapat ditemukan di apotek-apotek di Negeri Belanda. Surat kabar Het Nieuws van den dag, 10 Mei 1896 memuat berita iklan obat herbal Hindia. Dijual oleh I. M. Polak, seorang apoteker di N. Hoogstraat 28, Amsterdam. Dalam iklan tersebut tidak tercantum harganya. Di tahun 1940-an, per dus herbal daun Remujung dijual sebesar ƒ 2,25 gulden per bungkusnya.

Iklan Herbal Daun Remujung di Belanda tahun 1896

(Sumber: Het Nieuws van den dag, 10 Mei 1896)

Majalah De Indische Mercuur, 23 Desember 1931 memberitakan tanaman tersebut menjadi perhatian penting di Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Dipercaya sebagai obat. Terletak pada daun dan ujung batangnya. Disiapkan dengan cara direbus dan diminum seperti halnya teh. Untuk mengobati gangguan ginjal dan kandung kemih. Karena itu, penduduk pribumi di Hindia Belanda kerap menyebutnya indische nierenthee, atau teh ginjal Hindia.

Dalam laporan Nederlands Pharmacopee ed. V 1926, menyebutkan ramuan tersebut di Belanda dikenal dengan nama Folia Orthosiphonis. Oleh Ned. Pharmacopee disebutkan belum termasuk ke dalam pengobatan resmi. Namun, banyak diminati oleh masyarakat yang membutuhkan. Stok ramuan indische nierenthee di Belanda (Eropa) selalu mengalami kekurangan. Karena pasokannya tidak mudah, dan tidak teratur pengirimannya dari Hindia Belanda, tulis De Indische Mercuur, 23 Desember 1931.

Deutsche Medizinische Wochenschrift 1927, melaporkan permintaan daun Remujung di Jerman meningkat sejak tahun 1926-1927. Peningkatan permintaan diduga karena penelitian A. Gurber dan muridnya, Schumann dan Westing. Tentang khasiat daun Remujung atau Kumis Kucing.

Bagi pemerintah kolonial, tentu menjadi potensi bisnis dan ekonomi. Karenanya, mulai dibuka secara khusus perkebunan yang menanam tanaman daun Remujung atau Kumis Kucing. Penanaman tersebut dipusatkan pada perkebunan di Jawa dan Sumatera. Salah satunya Medicinale Thee-plantage Tandjoeng Moelia, di dekat Medan (Deli).

Tanaman Orthosiphon grandiflorus di Perkebunan Era Kolonial

(Sumber: De Indische Mercuur, 23 Desember 1931)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar