Max Buttner Van Der Jagt, Asisten Residen Mojokerto 1920-1922
(Sumber: https://resources.huygens.knaw.nl)
Sejak era Pemerintah Hindia Belanda, kegiatan kepariwisataan telah menjadi program pemerintah kolonial. Bahkan pemerintah membentuk lembaga atau organisasi yang mengurusi pariwisata. Dalam buku Achmad Sunjayadi berjudul Pariwisata di Hindia Belanda 1891-1942, menyebutkan Vereeniging Toeristenverkeer (VTV). Yakni organisasi yang mengatur kegiatan pariwisata di Hindia Belanda. Secara resmi didirikan pada 13 April 1908 (2019: 138).
VTV sekaligus menjadi Oficieel Toeristen Bureu, atau biro perjalanan resmi. Yang kemudian gencar mempromosikan pariwisata di Hindia Belanda. Melalui beragam media saat itu, seperti buku panduan wisata, peta, majalah, brosur, poster, kartu pos, foto, film dokumenter, pameran, dan kongres. Bahkan Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), yakni perusahaan pelayaran milik pemerintah turut mempromosikannya.
Tampak Siring dalam Catatan Perjalanan M. B. Van Der Jagt tahun 1921
(Sumber: M. B. Van Der Jagt, 1937: 15)
Salah satu destinasi yang turut dipopulerkan ialah Pulau Bali. Pada awal tumbuhnya pariwisata di Bali tahun 1920-an, tidak dapat dipisahkan dari peran orang Eropa. Pendapat Andrian Vickers dalam bukunya berjudul Bali Tempo Doeloe, mengatakan orang Eropa di Bali saat itu sedang mengalami romantisme terhadap masa lalu. Mereka terkenang zaman feodalisme, di mana tuan-tuan tanah dan kehidupan kerajaan mewarnai Eropa. Kekaguman orang Eropa terhadap Bali kemudian dituangkan dalam tulisan-tulisan mereka (2012: 5-7).
Romantisme akan masa lalu yang kemudian menumbuhkan kekaguman, barangkali juga tertuang dalam catatan perjalanan liburan ke Bali yang ditulis oleh M. B. Van Der Jagt. Saat itu ia menjabat sebagai Asisten Residen Mojokerto (menjabat tahun 1920-1922). Perjalanannya ke Bali dari 24 Juli sampai 13 Agustus 1921. Sekitar kurang lebih 21 hari berada di Bali. Catatan perjalanan itu kemudian diterbitkan di Den Haag, Belanda tahun 1937. Diberi judul Balireis 24 Juli-13 Agustus 1921 van M. B. Van Der Jagt, dengan tebal 34 halaman ditambah 1 halaman Peta Pulau Bali.
Candi Batur dalam Catatan Perjalanan M. B. Van Der Jagt tahun 1921
(Sumber: M. B. Van Der Jagt, 1937: 21)
Perjalanan dimulai dari Mojokerto pada hari Sabtu 23 Juli 1921. Pagi hari dengan mengendarai mobil menuju pelabuhan di Surabaya. Dari Surabaya naik kapal milik KPM. Menurut M. B. Van Der Jagt, saat itu Pulau Bali mulai semakin populer dikalangan wisatawan. Dengan menyebutnya dalam Bahasa Belanda Mooi-Bali, atau Bali yang indah (1937: 3).
Dalam catatan perjalanannya di Bali, M. B. Van Der Jagt mengunjungi beberapa tempat. Mulai dari Singaraja, Jembrana, Tabanan, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Bangli, Kintamani, dan kemudian kembali ke Singaraja. Ia juga menceritakan pelabuhan Padang Bai. Pelabuhan yang menjadi penghubung dalam perjalanan menuju Pulau Lombok (1937: 30-31).
Goa Lawah dalam Catatan Perjalanan M. B. Van Der Jagt tahun 1921
(Sumber: M. B. Van Der Jagt, 1937: 20)
M. B. Van Der Jagt kembali ke Pulau Jawa pada 13 Agustus 1921. Melalui pelayaran langsung dari Buleleng menuju Surabaya. Pelayaran tersebut ditempuh dalam waktu antara 12 sampai 16 jam. Pada 14 Agustus 1921, ia telah tiba di rumahnya di Mojokerto (1937: 34). Catatan perjalanannya ke Bali menjadi salah satu tulisan yang turut mempopulerkan Bali. Khususnya bagi masyarakat Eropa kala itu.
Informasi menarik lainnya tentang Bali pada tahun 1930-an, berasal dari tulisan Soe Lie Piet berjudul Melantjong ke Bali. Menyebutkan jumlah pesanggrahan atau guest house yang dikelola pemerintah. Antara lain berada di Baturiti, Bedugul, Gitgit, Kintamani, Klungkung, Munduk, Negara, Petang, Pulukan, Selat, Singaraja, dan Tirta Empul. Selain itu terdapat empat hotel. Satria Hotel milik orang Belanda. Hotel Soen An Kie, Hotel Baroe, dan Oriental Hotel yang ketiganya milik orang Cina (1935: 4-6).
Pesanggrahan Klungkung di Bali tahun 1920-an
(Sumber: Onze Oost, 1927: 27)
Pulau Bali sebagai destinasi wisata melalui perjalanan panjang sejak era kolonial. Hingga kini masih menjadi pilihan para pelancong dari berbagai negeri. Mengunjungi Bali untuk menikmati alam dan budayanya. Tidak salah kemudian para penulis terkenal seperti Louis Couperus (Ootswaarts atau Ke Timur), Michel Picard (Bali: Pariwisata Budaya, Budaya Pariwisata), Andrian Vickers (Bali Tempo Doeloe), menyebut Bali sebagai surga yang hilang dan surga terakhir.
Peta Pulau Bali dalam Catatan Perjalanan M. B. Van Der Jagt tahun 1921
(Sumber: M. B. Van Der Jagt, 1937)