Kamis, 04 Mei 2023

ISLAMISASI DI NUSANTARA

Peta Rute Perdagangan Arab Abad Pertengahan

(Sumber: http://chssp.ucdavis.edu/programs/historyblueprint/maps/medieval-map)

Hai Gaes! Ternyata keberadaan kelompok penganut Agama Islam di nusantara (saat ini Indonesia) telah lama. Pada abad ke-10, para saudagar dari Timur Tengah kerapkali mendatangi pantai Barat Sumatera. Mereka mencari damar dan kapur barus yang bermutu tinggi. Oleh bangsa Arab, nama Barus (saat ini termasuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara) dikenal dengan sebutan Fansur.

Jaringan niaga yang terbentuk di “nusantara” merupakan media penyebaran Islam saat itu. Perkembangan agama Islam cukup cepat dan masif. Berbagai daerah mengalami persentuhan dengan budaya Islam yang dibawa oleh para saudagar. Hingga akhirnya pengaruh Islam masuk ke Pulau Jawa, yang saat itu masih kuat simbol identitas dan pengaruh agama Hindu.

Terkait proses Islamisasi di “nusantara” dapat dilihat dari dua segi, yaitu: cara penyebarannya (mode of transfer) dan cara transmisinya (mode of transmission).

Cara penyebarannya dapat diartikan sebagai asal-usul masuknya Islam dari negeri asalnya (Arab). Menurut Djoko Suryo, dalam bukunya berjudul “Transformasi Masyarakat Indonesia dalam Historiografi Indonesia Modern” ada empat teori tentang asal-usul dan rute penyebaran Islam di Indonesia. Pertama, teori yang menyebutkan bahwa Islam datang dari Arab lewat India. Kedua, teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari Arab lewat Persia. Ketiga, Islam masuk dari Arab lewat Persia, kemudian masuk ke Cina dan baru kemudian masuk ke Indonesia. Keempat, menyatakan bahwa Islam dibawa langsung oleh pembawanya dari tanah Arab (2009: 156).

Sedangkan, cara transmisinya dapat diartikan sebagai suatu bentuk atau cara mengislamkan penduduk “nusantara” saat itu. Keduanya, baik cara penyebarannya (mode of transfer) dan cara transmisinya (mode of transmission) tidak dapat dilepaskan dari adanya bukti-bukti sejarah.

Nisan-Nisan Kuno di Kompleks Pemakaman Putri Campa Tahun 1950-an

(Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/828505)

Bukti-Bukti Islam di Jawa

Inskripsi tertua tentang keberadaan penganut Islam di Jawa tercatat pada nisan Fatimah Binti Maimun (1082 M). Beberapa batu nisan di pemakaman Troloyo, dengan waktu tertua pada nisan berangka tahun 1368 M. Batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik (1419 M). Inskripsi atau piagam pembangunan Masjid Kudus (1549 M). Serta, tulisan-tulisan pada dinding bangunan Makam Sentana Gedong di Kediri (awal abad ke-16 M). Bukti-bukti tertua Islam di Jawa diperkuat dengan berita asing dari Cina (catatan Ma Huan, Ying-yai Sheng-lan tahun 1416 M), Portugis (catatan Tome Pires, Suma Oriental tahun 1512-1515 M), dan naskah-naskah kuno (Babad Tanah Jawa, Serat Kanda, Serat Darmagandul).

Pengaruh Islam mencapai puncaknya pada abad ke-14 sampai abad ke-18. Dengan menggeser pengaruh peradaban Hindu-Budha di “nusantara”. Akan tetapi, sejalan dengan menguatnya pengaruh Islam, ternyata bangsa-bangsa Eropa mulai berdatangan. Bangsa Eropa juga melebarkan pengaruh barat di berbagai daerah di “nusantara”. Walaupun demikian, pengaruh barat tidak dapat membendung pengaruh Islam pada saat itu. Yang mendapat simpati mendalam para penduduk dari berbagai kalangan. Berikut beberapa cara pengislaman, yakni; perdagangan, pernikahan, pendidikan, kesenian, dakwah, dan politik.

Saat itu penganut agama Islam tidak hanya di luar lingkungan istana. Namun, telah memasuki kehidupan istana. Para keluarga bangsawan di Jawa telah banyak yang memeluk agama Islam. Ajaran Islam dengan mudah diterima penduduk setempat, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Kelebihan dari proses penyebaran Islam di Jawa karena dapat beradaptasi dengan budaya lokal. Tradisi-tradisi pra-Islam tidak serta merta ditolak. Justru sebaliknya mendapat tempat, seperti: ziarah kubur (dalam tradisi Hindu disebut Upacara Sradha), wayang kulit dan musik gamelan, serta tradisi-tradisi lainnya.

Makin meluasnya pengaruh Islam dengan diikuti jumlah penganut yang juga banyak. Kebutuhan untuk memperdalam ajaran Islam juga diperlukan. Para penganut agama Islam mulai benar-benar ingin menjalankan Rukun Islam. Yaitu: syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Rukun Islam merupakan pilar pembentukan kepribadian seorang muslim. Untuk itu, bagi kaum muslim di “nusantara” saat itu bernilai penting untuk dilaksanakan. Termasuk melaksanakan ibadah haji bagi sebagian masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar