Jumat, 18 November 2022

ASA TIMOR PORTUGIS PASCA REVOLUSI BUNGA

Generasi Y (lahir tahun 1980-1995), mengalami era peralihan politik akhir tahun 1990-an. Bahkan, generasi Z (lahir tahun 1996-2009) pun tidak merasakan situasi politik tahun 1998. Dalam pelajaran sejarah pun, yang diketahui tentang Timor tidak banyak. Hanya tahu bahwa Timor merupakan provinsi ke 27. Pasca dianeksasi Pemerintah Republik Indonesia tahun 1975. Dengan operasi militer bernama Operasi Seroja.

Provinsi ke 27 itu diberi nama Timor Timur. Kisah sejarah tentang Timor Timur cukup rumit. Ada beragam kepentingan politik. Baik lokal, nasional, maupun internasional.

Peta Timor Portugis Sejak Perang Dunia II

(Sumber: http://museum.wa.gov.au/debt-of-honour/indonesian-occupation-1975-1999)

Politik Lokal

Sebelum tahun 1975, daerah Timor merupakan jajahan Portugal. Berbagi kuasa atas Pulau Timor dengan Indonesia. Indonesia mewarisi sebagian wilayah itu dari Belanda.

Keadaan politik dalam negeri Portugal mengalami perubahan besar. Ketika terjadi Revolusi Bunga (Revoluҫão dos Cravos). Pada 25 April 1974. Kebijakan politik kolonial Portugal berubah cepat. Daerah-daerah koloninya, di belahan dunia turut merasakan. Tak terkecuali situasi di Timor.

Avelino M. Coelho (Shalar Kosi FF), salah satu saksi mata mengkisahkan dalam bukunya. Berjudul Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste, dikatakan Pemerintah Revolusioner Espinola memberikan hak menentukan nasib sendiri. Proses dekolonisasi di bawah tanggung jawab Portugal. Berdasarkan mandat dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tanggal 13 Mei 1974, dibentuk komisi untuk penentuan nasib sendiri Timor Leste. Yang dibentuk oleh Gubernur Portugis untuk Timor Leste, Dr. Lemos Pires (2012: 2-4).

Rencana dekolonisasi Portugal disambut suka cita penduduk Timor. Mereka mulai membentuk organisasi dan partai politik. Untuk menyambut datangnya pemilihan politik. Sebagai upaya datangnya dekolonisasi. Dalam rangka menentukan nasib sendiri.

Ada partai União Democrática Timorense (UDT), Frente Revolucionária de Timor Leste Independente (Fretilin), Associaҫão Popular Democrática Timorenses (Apodeti), Klibur Oan Timor Asuwain (KOTA), dan Partai Buruh (Trabalhista). Partai-partai itu mempunyai orientasi dan tujuan yang berbeda. Polarisasi masyarakat Timor pun semakin tajam.

Geoffrey C. Gunn (2005), dalam bukunya 500 Tahun Timor Loro Sae, menyebutkan ada partai Associaҫão Democrática para Integraҫão Timor Leste na Australia (ADITLA). Partai ini memilih berintegrasi dengan Australia. Namun, langsung ditolak oleh Canberra (hlm. 412). UDT memilih berafiliasi dengan Portugal. Apodeti bergabung dengan Indonesia. Sedangkan, Fretilin memilih merdeka sepenuhnya.

Bulan Juni 1974, bagian dari kebijakan dekolonisasi Portugal, memberikan tiga pilihan. Pertama, melanjutkan hubungan dengan Portugal. Kedua, merdeka. Dan, ketiga bergabung dengan Indonesia. Untuk merealisasikannya, Pemerintah Portugal mengirim Movimento das Forҫas Armadas (MFA). Yang tiba di Timor pada 25 Juni 1974.

Pada awal tahun 1975, Fretilin mendapat dukungan besar dari tingkat desa. Saat pemilihan umum yang diselenggarakan oleh MFA, tulis Geoffrey C. Gunn (2005: 413).

Hasil pemilihan itu membuat polarisasi partai politik kian tajam. Meskipun, kontrol dan kekuasaan Fretilin cukup kuat. Avelino M. Coelho, menyebutkan pihak UDT, Apodeti, Trabalhista, dan KOTA akhirnya mengajukan permohonan integrasi dengan Indonesia (2012: 40).

Proklamasi Kemerdekaan oleh Fretilin

Situasi dan keadaan di Timor Portugis kian tak menentu. Teror, intimidasi dan kekerasan terus terjadi. Hasil pemilihan awal di tingkat desa, yang dimenangkan oleh Fretilin tidak diakui oleh partai-partai lain.

Pemerintah Portugal terkesan enggan menyelesaikan permasalahan. Justru malah meninggalkan Timor Portugis. Di saat situasi dan kondisi memanas. Akibatnya rencana dekolonisasi Portugal pun gagal. Pada 22 September 1975, misi yang dipimpin oleh Almeida Santos kembali ke Portugal. Ia hanya mengusulkan dilakukan negosiasi. Antara tiga kekuatan besar di Timor Portugis. Yakni, Fretilin, UDT, dan Apodeti.

Dalam situasi tak menentu, Fretilin pun memilih jalan. Memerdekakan diri pada hari Jum’at 28 November 1975. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan Pemerintah Portugal. Proklamasi kemerdekaan itu diakui oleh beberapa negara Afrika, China, Soviet, Vanuatu, dan Kuba. Meski demikian, Fretilin tetap mengakui Portugal sebagai administering power di Timor Portugis, tulis Avelino M. Coelho (2012: 35-37).

Pengakuan dari negara lain diperoleh, namun PBB dan Portugal tidak mengakuinya. Secara berkelanjutan, Fretilin terus mengontak Portugal. Agar kembali ke Timor Portugis. Untuk menjalankan misi dekolonisasinya.

Bekas Kapal Pendarat TNI AL di Pesisir Pantai Dili

(Sumber: Repro Geoffrey C. Gunn, 2005: 322)

Di sisi lain, Fretilin harus menghadapi penyusupan dan penyerbuan militer Indonesia. Penyusupan militer Indonesia ke Timor diakui oleh Benny Moerdani. Dalam buku biografinya, tulisan Julius Pour (1993) berjudul Benny Moerdani: Profile of a Soldier Statesman. Dikatakan adanya Operasi Komodo, yang kemudian berkembang menjadi Operasi Seroja (hlm. 328).

Sebelum invasi militer Indonesia, partai-partai oposisi dari Fretilin, seperti UDT, Apodeti, Trabalhista, dan KOTA membuat suatu kesepakatan. Pernyataan sikap untuk berintegrasi dengan Indonesia. Dikenal dengan nama Deklarasi Balibo, pada 30 November 1975. Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 7 Desember 1975, Pemerintah Indonesia mendaratkan pasukan militer. Masuk dan menguasai Kota Dili. Termasuk daerah-daerah di pesisir pantai Timor Portugis.

Invasi militer Indonesia menunda cita-cita dan perjuangan Fretilin. Yang mengharapkan Timor merdeka seratus persen. Deklarasi kemerdekaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Fretilin, seperti apa yang dilakukan oleh Soekarno dan Hatta. Ketika memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Betapa keras usaha Fretilin mempertahankan kemerdekaan. Seperti usaha Soekarno dan Hatta mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tulis Max Lane dalam kata pengantarnya pada buku berjudul Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste (2012: xi).

Tentara Fretilin Pada 9 Desember 1975 Bersiap Menghadapi Invasi Indonesia

(Sumber: https://www.smh.com.au/world/asia)