Rabu, 02 November 2022

WANGI AROMA CENDANA

Pohon Cendana di Pulau Sumba

(Sumber: http://travelinkmagz.com/2019/03/cendana/)

Bau harum hio (dupa) menelusuk hidung di istana kaisar Cina. Wewangian itu dibuat dari kayu cendana. Berasal dari Nan-hai atau negeri di kepulauan lautan selatan. Melalui perjalanan panjang sampai di ruangan kaisar.

Cendana merupakan komoditas utama dalam perniagaan. Sejak zaman imperium kuno sampai masa kolonial Belanda. Kayu cendana memiliki nama latin Santalum album L. Kayu tersebut mempunyai aroma harum atau wangi. Aromanya dapat bertahan selama berabad-abad. Tidak heran banyak orang yang mencarinya sebagai komoditas perdagangan.

Sejak ribuan tahun lalu, wilayah nusantara turut memainkan peran dalam jaringan perniagaan global. Para saudagar telah hilir mudik ke berbagai tempat di nusantara. Ada beragam komoditas yang dihasilkan dari berbagai tempat. Seperti: beras, cengkih, pala, lada, pinang, kayu cendana, gaharu, dan lain-lain.

Kayu cendana merupakan salah satu komoditas utama dalam perdagangan. Digunakan untuk sarana spiritual, kesehatan, dan kerajinan. Informasi komoditas perdagangan pada prasasti-prasasti di Jawa tidak memuat tentang kayu cendana. Justru informasi tentang kayu cendana diperoleh dari sumber-sumber Cina.

Disebutkan dalam buku karangan W. P. Groeneveldt (2009), berjudul Nusantara dalam Catatan Tionghoa yang menyebutkan kayu cendana sebagai komoditas perdagangan masa Dinasti Song (960-1279). Dikatakan kayu cendana berasal dari Pulau Jawa (hlm. 23). Informasi tentang kayu cendana berasal dari Jawa tentu tidak benar. Kayu ini berasal dari Pulau Timor dan sekitarnya. Yang dikirim melalui pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa menuju Cina.

Sebagai komoditas utama perdagangan tentu banyak dicari para saudagar. Tidak hanya penduduk lokal, justru bangsa asing yang banyak melakukan perburuan terhadap kayu cendana. Mereka mencari di mana letak daerah penghasil kayu cendana yang berkualitas terbaik.

Perdagangan Kayu Cendana

Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, orang-orang Cina telah menemukan asal kayu cendana. Dalam buku tulisan Th. Rahm (1925), berjudul Departement V. Landbouw, Nijverheid en Handel in Nederlandsch-Indie, Korte Mededeelingen van Het Proefstation voor Het Boschwezen No. 11 Sandelhout op Timor, disebutkan bahwa pada abad ke-17 dan ke-18 para pedagang dari Cina sudah berada di Pulau Timor. Mereka menetap di Pulau Timor dan berbaur dengan penduduk setempat. Mereka mengeksploitasi dan memperdagangkan kayu cendana. Untuk diekspor ke Hongkong dan didistribusikan ke seluruh daratan Cina. Agar perdagangan kayu berjalan lancar, orang-orang Cina saat itu bekerjasama dengan para kepala suku. Penduduk setempat diperintah untuk menebang kayu cendana di hutan dan pegunungan. Kemudian di bawa ke pesisir pantai dan pelabuhan (hlm. 17-18).

Keuntungan perdagangan kayu cendana mengundang kehadiran bangsa Belanda. Sengketa Pulau Timor antara Belanda dengan Portugis pun tidak terhindarkan. Tercatat pada Staatblad van Nederlandsch-Indie No. 33 Tahun 1870, pemerintah kolonial menetapkan daerah Kupang sebagai basis militer. Di sisi lain, penduduk setempat lebih tertarik berdagang kayu cendana dengan bangsa Portugis. Seperti yang dicatat pada laporan perjalanan ALB. C. Kruyt berjudul “Verslag van een Reis door Timor”, dalam Tijdschr. van het Kon. Ned. Aardrijksk. Genootschap 1921.

Pemilahan Kayu Cendana di Kupang Pulau Timor Tahun 1920-an

(Sumber: P. A. Rowaan. De Aetherische Olien Van Nederlandsch-Indie, 1938: 55)

Harga kayu cendana pada tahun 1785 di Pulau Timor sebesar f 35 gulden dengan mendapatkan 300 pikul. Di Batavia untuk 100 pikul dihargai sebesar f 30 gulden. Tahun 1790 harganya menjadi f 50 gulden per pikul. Pada awal abad ke-20, kontrak perdagangan kayu cendana di Pulau Timor dipegang oleh orang-orang Cina. Di Kupang, diberikan kepada; A. Selam, Ch. Pil Liet, Than Tae, dan Lie Soen Jan. Sedangkan, di Atapupu diberikan kepada; Laij Djin Po, Laij Sen Hie, Moe A Kiong, dan Liem Hin Njie. Tahun 1912, harga kayu cendana sebesar f 55 gulden per pikul (Th. Rahm, 1925: 18-20). Untuk memenuhi permintaan ekspor, kayu cendana dipilah sesuai kriterianya. Terdiri dari empat kelas sesuai kualitasnya. Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Kelas IV. Kualitas terbaik ada di Kelas I, terdiri dari batang atau ranting yang lurus dan utuh.

Pengiriman kayu cendana ke pasaran Asia Timur melalui pelabuhan Makassar. Antara tahun 1919-1922, eksportir kayu cendana di Makassar dilakukan oleh 5 firma. Yakni, Firma Moreaux & Co, Firma Manders Seemann, Firma Reiss & Co, Firma Yat Hong, dan Firma Heng Hong. Harga kayu cendana di Makassar berkisar f 70 gulden per pikul (Th. Rahm, 1925: 20-24). Kayu cendana yang akan dikirim ke Hongkong dan daratan Cina, dikumpulkan di pelabuhan Makassar. Setiap tahunnya pasaran ekspor kayu cendana berkisar 6.000 ton.

Wangi aroma kayu cendana menjadi faktor penarik kedatangan orang asing di Pulau Timor. Sejak ribuan tahun yang lalu, para saudagar mengarungi laut untuk mendapatkan kayu cendana.