Sampul dan Isi Buku Lelara Influenza Terbitan Balai Pustaka Tahun 1920
(Sumber: Biro Literatur Balai Pustaka, 1920)
Bencana antropogenik bersumber dari malapetaka karena ulah manusia. Dalam catatan sejarah, bencana dalam kelompok ini pernah terjadi di Hindia Belanda. Misalnya: wabah cacar tahun 1558 di Ternate, wabah cacar tahun 1564 di Ambon, wabah demam tahun 1668 di Makassar, wabah kolera akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Pulau Jawa, typhus tahun 1880 di Jawa dan Sumatera, wabah malaria tahun 1882 di Jawa dan Sumatera, wabah demam tahun 1910-1911 di Surabaya dan Semarang, wabah pes tahun 1911-1916 di Malang, serta wabah influenza tahun 1918 di Hindia Belanda.
Wabah influenza pada tahun 1918 merupakan wabah paling mematikan pada awal abad ke-20. Walaupun demikian, wabah influenza yang pernah terjadi itu cenderung terlupakan. Bahkan, negara besar seperti Amerika Serikat. Alfred W. Crosby, menyebut fenomena hilangnya ingatan sejarah rakyat Amerika terhadap pandemi flu dengan sebut “peculiarities of human memory”, atau keganjilan dalam ingatan manusia, tulis Priyanto Wibowo (dkk) dalam buku berjudul Yang Terlupakan Pandemi Influenza Tahun 1918 di Hindia Belanda (Wibowo, 2009: 56).
Iklan Obat Influenza di Surat Kabar Tahun 1918
(Sumber: Sin Po, 28 dan 30 Oktober 1918)
Antara bulan Oktober sampai Desember 1918, sudah ada laporan bahwa virus telah menjangkiti penduduk di Jawa Timur. Hal ini didasarkan pada laporan zendingsziekenhuis (rumah sakit) Mojowarno, dan laporan Asisten Residen Banyuwangi.
Surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 4 Juli 1919 memberitakan jumlah kematian akibat wabah influenza di beberapa daerah. Tahun 1918 berjumlah 5.231 jiwa terdiri dari 151 orang Eropa, 716 orang Cina, dan 4.364 orang Pribumi. Tahun 1919 berjumlah 3.080 jiwa, terdiri dari 79 orang Eropa, 451 orang Cina, dan 2.550 orang Pribumi.
Menurut penelitian Niall Johnsons dan Juergen Mueller, dalam Bulletin of the history of medicine berjudul “Updating the Accounts: Global Mortality of the 1918-1920 Spanish Influenza Pandemic”, menyebutkan wabah influenza tahun 1918 di Indonesia (Hindia Belanda) mengakibatkan jumlah kematian sekitar 1,5 juta jiwa. Dengan perbandingan jumlah populasi saat itu sekitar 49 juta jiwa (2002: 112).
Pembelajaran sejarah kesehatan penting dipelajari peserta didik. Bukan hanya mengajarkan bagaimana usaha mencegah resiko bencana antropogenik (wabah influenza). Paling tidak mengingatkan ancaman wabah yang bisa terjadi kapan saja. Seratus tahun setelah wabah influenza 1918, pada tahun 2019 dunia diguncang pandemi Covid. Menghentikan beberapa waktu aktivitas manusia. Memporak-porandakan perekonomian negara di hampir semua belahan dunia.
Ingat, peristiwa sejarah terkadang dekat sekali dengan teori siklus. Ia bisa berulang dengan pola yang sama. Dalam ruang dan waktu (peristiwa) yang berbeda.