Selasa, 01 Juli 2025

SATU LAHAN DUA TUAN: KETIKA VOC MEREBUT KUPANG

Peta Pulau Timor Tahun 1847

(Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/814061)

Kalian tahu gak gaes, kalau Timor Leste pernah menjadi bagian wilayah Indonesia. Sejak diduduki Indonesia tahun 1976. Pada tahun 1999 dilakukan jajak pendapat, dan memilih lepas dari Indonesia. Secara resmi Timor Leste merdeka dari Indonesia pada 20 Mei 2002.

Dalam sejarah Pulau Timor, Belanda dan Portugis pernah berbagi kuasa di sana. Ketika Indonesia merdeka dan mewarisi wilayah Belanda, bangsa Portugis masih berkuasa atas sebagian wilayah di Pulau Timor. Karena itu, orang Timor Leste lebih dekat Portugis daripada Belanda atau Indonesia. Hal ini pun dapat ditelusuri sejak zaman VOC. Jauh sebelum Belanda atau Indonesia berkuasa atas Timor Leste.

Veerenigde Oostindische Compagnie atau VOC (1602-1799) pernah berjaya di nusantara. Kongsi dagang milik orang-orang Belanda ini berkuasa layaknya negara. Punya tentara dan dapat memutuskan perjanjian damai dan perang.

Sejak abad ke-16, bangsa Eropa berdatangan ke nusantara. Mencari asal usul rempah-rempah. Kemudian, mereka berusaha memonopoli perdagangan rempah. Menguasai jalur maritim perdagangannya pula. Tidak ada satu daerah di nusantara yang tidak penting. Bahkan, Pulau Timor yang tandus sekalipun. Sebab, di pulau ini ada kayu cendana. Bernilai penting sebagai komoditas perdagangan.

Tidak heran jika VOC berupaya menguasainya. Meski Pulau Timor sudah dikuasai oleh Portugis. Sejatinya bangsa Eropa sendiri tak pernah akur. Mereka kerapkali bersaing memperebutkan wilayah koloni. Apalagi kalau wilayah itu penting. Penghasil rempah-rempah atau bandar dagang.

Peta Pulau Timor Wilayah Kuasa Belanda Tahun 1921

Sumber: Tijdschr. van het Kon. Ned. Aardrijksk. Genootschap, 1921 Kaart No. VII

VOC Merebut Pulau Timor

Pada abad ke-17, Pulau Timor menjadi rebutan VOC dengan Portugis. Bangsa Portugis lebih dulu menguasainya. Untuk pertama kalinya, VOC mengunjungi Pulau Timor pada tahun 1613. Menurut Geoffrey C. Gunn (2005) dalam bukunya berjudul 500 Tahun Timor Loro Sae, dikatakan kedatangannya untuk mengontrol dan menguasai perdagangan kayu cendana. Solor berhasil dikuasai pada tahun 1618. Di Solor dibangun benteng yang diberi nama Fort Henricus (hlm. 90-91).

Saat mengambil alih daerah-daerah di Pulau Timor, VOC sering bekerjasama dengan penduduk lokal. Mengajak para penguasa setempat untuk melawan dominasi Portugis. Penguasa lokal dari 5 kerajaan kecil berhasil diajak bekerjasama. Kerajaan-kerajaan kecil ini terletak di pesisir barat laut Pulau Timor. Oleh VOC sering disebut “lima sekutu setia”.

Benteng Portugis di Kupang akhirnya dapat dikuasai VOC pada tahun 1688. Benteng tersebut oleh VOC diberi nama Fort Concordia. Sebelumnya benteng ini belum selesai dibangun oleh Portugis. Bagi VOC benteng di Kupang menjadi jalan menguasai Pulau Timor. Bahkan, secara resmi tahun 1870 dijadikan basis militer pemerintah kolonial.

Menurut analisis C. R. Boxer (1960), dalam “History Today” berjudul Portuguese Timor: A Rough Island Story 1515-1960, dikatakan pembangunan benteng di Kupang sangat baik. Terletak tepat di pelabuhan terbaik. Berada pada titik yang paling strategis di Pulau Timor (hlm. 352). Pelabuhannya terlindungi secara alami. Karena berada di Teluk Kupang. Tidak salah jika VOC berusaha keras merebut wilayah Kupang. Dari tempat tersebut dapat dikuasai perdagangan dan jaringan maritimnya. Terutama komoditas kayu cendana.

Meskipun Kupang dapat dikuasai VOC, namun tetap harus berbagi kuasa dengan Portugis atas Pulau Timor. Batas-batas wilayah juga tidak begitu jelas. Hingga pertengahan abad ke-19. Melalui Perjanjian Lisabon (20 April 1859), disepakati batas wilayah Portugis dan Belanda. Kemudian, diperbarui lagi dengan Konvensi Lisabon (10 Juni 1893). Konvensi itu dijadikan deklarasi bersama pada 1 Juli 1893, ujar Geoffrey C. Gunn (2005: 221).

Batas wilayah di antara Belanda dan Portugis tidak pernah final. Permasalahan ini terus muncul hingga awal abad ke-20. Yang menjadi korban soal batas wilayah tetap rakyat Timor. Mereka harus berada di antara dua kubu yang saling bertikai. Dua kekuatan besar bangsa Eropa, Belanda dan Portugis.